KEGIATAN DEMPLOT BIOSAKA TANAMAN PADI SAWAH
Rabu 04 September 2024, Dinas Pertanian Kabupaten Dharmasraya melalui Bidang Tanaman Pangan telah melaksanakan ubinan padi kegiatan demplot Biosaka (APBD-D) bersama Koordinator dan PPL Kecamatan Pulau Punjung, POPT, dan kelompok tani. Berdasarkan hasil ubinan, produktivitas yang diperoleh yaitu 7,2-8 ton/ha. Kegiatan Demplot BIOSAKA dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2024 di Lokasi Demplot kelompok tani Maju Nagari Sikabau, Kecamatan Punjung. Sebelumnya, BIOSAKA telah dikenalkan oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2022 lalu. Inovasi teknologi ini dikenalkan pertama kali oleh petani asal Blitar, Jawa Timur tahun 2019. Di Blitar sendiri, penggunaan Biosaka sudah diraskan manfaatnya bagi petani, yaitu efisiensi biaya usaha tani (low cost), meminimalisir serangan hama dan penyakit dan meningkatkan produksi.
Jadi, apa itu BIOSAKA?! BIOSAKA merupakan elisitor, artinya suatu produk yang berfungsi sebagai signaling bagi tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih bagus. Biosaka diramu dari berbagai jenis rumput-rumputan/tanaman. Menurut penemunya, Muhamad Ansar, minimal 5 jenis tanaman sebanyak satu genggaman tangan. Tanaman yang digunakan lebih banyak memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar areal sawah/ladang. Dan tidak jarang, tanaman yang digunakan tersebut biasanya oleh sebagian besar petani dianggap sebagai gulma yang harus dibersihkan/tidak bermanfaat.
Beberapa jenis tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan biosaka antara lain: babadotan (Ageratum conyzoides L), tutup bumi (Elephantopus mollis Kunth), Kitolod (Hippobroma longiflora), maman ungu (Cleome rutidosperma), Patikan kebo (Euphorbia hirta L), Meniran (Phyllanthus niruri L), anting-anting (Acalypha australis. L), jelantir (Erigeron sumatrensis Retz), sembung (Baccharis balsamifera L.), sembung rambat (Eupatorium denticulatum Vahl) dan sebagainya. Jenis tanaman ini dipilih yang sehat, tidak terkena hama dan penyakit. Sebanyak satu genggaman tangan kemudian diremas dalam air 2-5 liter air. Hasil remasan tersebut, dimana air menyatu dengan saripati tanaman (homogen), tidak berbau, dan tidak menimbulkan gas apabila dibuka Setelah itu bisa langsung diaplikasikan, dan sisanya bisa disimpan untuk aplikasi berikutnya.
Dosis penyemprotan untuk padi dan jagung 40mL/tanki semprot volume 15 liter. Untuk aneka kacang dan umbi 30mL/tanki dan hortikultura 10ml/tanki. Untuk satu hektar lahan cukup 3-4 tanki sprayer. Untuk padi dan jagung, aplikasi pertama pada umur 7-10 HST dan dilanjutkan 7 kali semusim dengan interval penyemprotan 10-14 hari dan untuk sayuran seminggu sekali. Penyemprotan dilakukan dengan nozzle kabut di atas pertanaman, minimal 1 meter di atas tanaman, letak posisi nozzle menghadap ke atas, tidak boleh diulang-ulang. Waktu penyemprotan bisa pagi/siang/sore dan sebaiknya pada sore hari saat ada angin sehingga mudah menyemprot ngabut, perhatikan cuaca dan arah menyemprot mengikuti arah angin. Penyemprotan cukup dari atas galengan dengan stik diperpanjang hingga 2-3 meter.
Tahap awal kegiatan ini dimulai dari sosialisasi dan pengenalan BIOSAKA yang dilakukan pada Bulan Juni. Sosialiasasi ini dihadiri oleh Tim Dinas Pertanian Bidang Tanaman Pangan, POPT, Koordinator BPP dan Penyuluh Kecamatan Pulau Punjung, Wali nagari serta kelompok tani. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembuatan Biosaka, kemudian di simpan selama seminggu. Biosaka dapat dikatakan berhasil apabila, Biosaka tersebut tidak berubah warna (homogen), tidak berbau, dan tidak menimbulkan gas apabila dibuka. Apabila Biosaka telah berhasil di buat, selanjutnya dilakukan pengaplikasian Biosaka dengan melarutkan 40ml ke dalam 15 liter air (tangki sprayer). Seterusnya dilakukan pengaplikasian Biosaka sebanyak 7 kali dan panen.Diharapkan Biosaka dapat dipraktekan dan diaplikasikan oleh petani di Kabupaten Dharmasraya.