BIMTEK PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN DUKU

BIMTEK PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN DUKU


Duku merupakan buah-buahan unggulan Kabupaten Dharmasraya. Berdasarkan Data Statistik Pertanian Hortikultura (SPH) pada tahun 2022 di Kabupaten Dharmasraya tercatat ada 240.865 batang dengan produksi mencapai 35.967,72 Kwintal. Namun, jumlah tanaman Duku yang rusak/tua terus bertambah dari tahun ke tahun, seperti pada tahun 2020 tercatat hanya 1.006 batang tanaman yang rusak/tua, namun pada tahun 2021 tercatat tanaman yang rusak/tua mencapai 51.725 batang, dan puncaknya pada tahun 2022 menjadi 54.590 batang. Jika terus dibiarkan tanpa adanya penanganan/pencegahan di khawatirkan jumlah tanaman Duku yang rusak akan semakin meningkat yang mengakibatkan penurunan produksi Duku di Dharmasraya.

Oleh karena itu, Dinas Pertania Kabupaten Dharmasraya mengambil suatu langkah pencegahan penyebaran penyakit tanaman Duku dengan melakukan Bimtek Pengendalian Penyakit pada Tanaman Duku. Bimtek ini dilaksakan di kantor Walinagari Kecamatan Koto Salak pada tanggal 13 Juli 2023. Kecamatan Koto Salak dipilih karena Koto Salak merupakan Sentral Buah Duku di Dharmasraya. Bimtek ini dihadiri oleh Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertania Kabupaten Dharmasraya Bapak Hendri. S, SP, Koordinator BPP Kecamatan Koto Salak Bapak Moch. Khairul Amin, dan Petani Duku di Kecamatan Koto Salak.

Bapak Zulma Andrianto, SP selaku POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) dan Staf LPHP (Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit) Airmutus Solok di tunjuk sebagai narasumber dalam bimtek ini. Beliau menjelaskan setidaknya ada 4 penyebab utama tanaman duku tidak produktif/rusak seperti sanitasi yang tidak baik atau lingkungan yang tidak bersih, usia tanaman telah tua, pemupukan tidak optimal, dan berkembang secara alami atau tidak dibudidayakan sesuai dengan pola budidaya yang baik. Selain itu ada juga penyebab lain Tanaman Duku tidak produktif/rusak yakni serangan OPT (Organisme pengganggu tanaman) yang dapat menyebabkan penyakit Kanker Batang . Adapun salah satu cara mengobati penyakit tanaman ini adalah dengan menggunakan Bubur Bordo. Bubur Bordo dibuat dengan melarutkan 0,5 Kg Terusi/Tembaga Sulfat, 0,5 Kg Kapur Tohor/Kapur Pertanian, 0,5 Kg Belerang dalam 5 L air panas yang diaduk selama 3 jam untuk memastikan seluruh campuran telah terhomogenisasi dengan sempurna. Setelah 3 jam Bubur Bordo disaring sehingga larutan dan endapannya terpisah. Larutan Bubur Bordo dapat di simpan hingga 5 Tahun. Dalam mengaplikasikan Bubur Bordo ada 2 metode, yakni dengan cara di semprotkan untuk larutan dan dioleskan ke batang tanaman yang sakit untuk endapan. Sebelum menyemprotkan larutan Bubur Bordo ke tanaman harus diencerkan terlebih dahulu, dengan cara melarutkan 60 mL larutan Bubur Bordo dengan 15 L air. Sedangkan endapan Bubur Bordo dapat langsung dioleskan ke batang tanaman yang sakit.

Jika tingkat kerusakan tanaman cukup tinggi, pengobatan tanaman menggunakan Bubur Bordo dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali, jika kerusakan relatif kecil dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali, sedangkan untuk langkah pencegahan pengaplikasian Bubur Bordo dapat dilakukan setahun sekali ke tanaman. Namun perlu diingat karena bahan-bahan Bubur Bordo cukup keras, maka tanaman yang dapat menggunakan ini hanya yang telah berusia 5 Tahun keatas.