MENYIGI POTENSI AGROWISATA JERUK SIGUNTUR

MENYIGI POTENSI AGROWISATA JERUK SIGUNTUR


MENYIGI POTENSI AGROWISATA JERUK SIGUNTUR

DHARMASRAYA, DMC - Nama Siguntur seakan tak dapat dipisahkan dengan Kabupaten Dharmasraya, bagaimana tidak banyak bukti dan peninggalan bersejarah yang menguatkan keberadaan kerajaan tersebut yang bisa dilihat sampai saat ini. Bahkan tidak berlebihan jika Pemerintah Kabupaten Dharmasraya menobatkan daerah yang dibelah oleh Sungai Batang Hari ini sebagai daerah tujuan wisata sejarah dan cagar budaya yang terus dikembangkan dan dilestarikan. Mulai dari Rumah Gadang Kerajaan Siguntur dan Candi Padang Roco yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dan sejarawan lainya yang ingin mengungkap cerita yang konon khabarnya berkaitan dengan Kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Nusantaranya.

Dibalik sejarah itu semua, nagari Siguntur juga dikenal dengan pertaniannya seperti padi sawah seluas 680 hektar dari 1.875 hektar sawah yang ada di Kecamatan Sitiung. Banyaknya bangunan kuno berupa lumbung padi makin menguatkan bahwa " Kampoeng si Bolang dari Dharmasraya " sejak dahulu sampai saat ini merupakan salah satu lumbung pangan padi di Ranah Cati Nan Tigo.

Disamping sebagai lumbung pangan, siapa yang tidak kenal dengan "Jeruk Siguntur". Ya, jeruk Siguntur begitulah julukan terhadap komoditi yang banyak mengandung vitamin C yang diproduksi oleh petani setempat dengan luas kebun jeruk lebih kurang 30 hektar. Dengan rasa dan aroma yang tidak kalah dengan Jeruk Pasaman dan Jeruk Gunung Omeh yang telah dikenal oleh masyarakat luas, jeruk Siguntur berpotensi untuk meramaikan pasar buah-buahan baik regional maupun domestik. Menyikapi hal ini, Dinas Pertanian Kabupaten Dharmasraya mekakukan bimbingan dan pembinaan sehingga kebun jeruk yang dimiliki oleh petani dikelola secara profesional dan berorientasi bisnis. " Insya Allah, saat ini kita sedang mengajukan permohonan registrasi kebun sesuai GAP ( Good Agriculture Practice) seluas 3 hektar untuk Jeruk Siguntur" tandas Kepala Dinas Pertanian, Darisman, S.Si, MM saat peninjauan ke Kebun Jeruk milik Fauzi di Jorong Taratak beberapa waktu lalu. Secara bertahap pendampingan dari penyuluh dan Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) diintensifkan sehingga kebun yang ada dapat menunjang agrowisata di daerah yang mekar sejak tahun 2003 silam.

Memang trendy memetik buah langsung di kebun sangat digemari oleh masyarakat, ditimbang dan harga yang ditawarkan jauh lebih murah. Bahkan masyarakat dapat bertanya kepada petani terkait pengelolaan berkebun jeruk, mengenalkan komoditi jeruk pada anak-anak dimana buahnya masih melekat dibatangnya serta makan jeruk sepuasnya dengan gratis selama berada dalam kebun tersebut.

Selanjutnya Kepala Dinas ini menambahkan, potensi agrowisata ini akan semakin indah jika diintegrasikan dengan wisata sejarah dan cagar budaya " Habis mengunjungi Kerajaan Siguntur dan Candi Padang Roco, wisatawan juga disuguhkan memetik dan membeli Jeruk Siguntur sebagai oleh-oleh khas Dharmasraya" seraya mengajak semua pihak untuk mewujudkan obsesi ini. Kedepan, diharapkan pemerintah nagari dan petani jeruknya punya komitmen yang kuat untuk mendeklamasikan nagarinya sebagai " Kampoeng Jeruk Siguntur" dan komoditi ini bisa dipatenkan sebagai buah khas Dharmasraya.

Sebagai aksi nyata mewujudkan Siguntur sebagai destinasi wisata, saat ini sedang dilakukan pendataan kebun jeruk milik petani oleh Zulhaidi Prima selaku Penyuluh Pertanian wilayah nagari Siguntur. " Setelah data terkumpul, akan dikoordinasikan dengan Walinagari dan akan berdayakan melalui kelompok tani dengan komoditas unggulan Jeruk Siguntur" tandas Santy Virgo Putri, S.Hut Kepala Bidang Penyuluhan.

Terbayangkan ????....betapa serunya berwisata ke kebun jeruk, petik sendiri, pilih sendiri dan tentunya bayar sendiri untuk jeruk yang sudah ditimbang, kemudian baru pulang, tutur Darisman.